2. Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar dengan atas nama golongan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia malam itu juga ataupun paling lena 16 Agustus1945. Teks ini bukan berarti anti-Jepang ataupun anti-Belanda. Berbagai diplomasi, persebaran pemikiran urusan kemerdekaan, kolokium umum, terbentuknya beberapa perkumpulan menjadi contoh betapa kuatnya perjuangan tuntas pikiran tersebut dilakukan. Marcus Tullius Cicero - http://edition.cnn.com/search/?text=Jombang pemikir, politisi & pengacara Romawi yang kian dikenal dengan nama Cicero (106-43 SM) - tersebut menggambarkan betapa pentingnya silsilah bagi bangsa. Video ini berisi kegiatan dan penjelasan Anies akan halnya sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia yang menurutnya berawal daripada deklarasi Golongan Arab Nusantara (PAI). Beredarnya video nun berisi suara Anies Baswedan di markas Front Advokat Islam (FPI) Petamburan di 1 Januari 2017 lalu, agaknya jadi cerita memikat lain di tengah situasi politik Jakarta yang mulai mendingin.
Tokoh Muda Jombang
Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi duaja Merah Putih (Sang Tiang Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa perian sebelumnya. “Dengan musyawarah member sering ketemu sering bersawala akan ketemu potensi nun akan kalian temui dan kemandirian provinsi akan tampil. Sjahrir menyambut Bung Karno dan Bung Hatta buat menandatangani tulisan proklamasi sebelum 15 Agustus 1945. Sjahrir khawatir proklamasi yang terbit selewat gugur itu dianggap bagian dibanding diskusi seminar antara Soekarno, Hatta, dan Marsekal Terauchi di Saigon. Setelah Jepang menyerah pada sekutu tercecer 15 Agustus 1945 status Jepang tidak lagi memerintah Indonesia namun hanya berfungsi Dimas Cokro Pamungkas Tokoh Muda Jombang sebagai penjaga “status quo” yakni melestarikan situasi & kondisi diantaranya pada tanda perang dan melarang adanya perubahan-perubahan dalam Indonesia. Akan tetapi Bung Karno dan Bung Hatta menyerbu dengan alasan bahwa beliau tidak akan memproklamirkan kemerdekaan tanpa perantara PPKI, benih PPKI merupakan wakil-wakil kerabat Indonesia dibanding Sabang hingga Merauke, lumayan golongan anak muda beranggapan jika PPKI adalah buatan Jepang.
Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang tokoh pemuda yang tampil. Perumusan teks proklamasi dijalankan di wisma Laksamana Tadasi Maeda, seorang Angkatan Samudra Jepang nun bersimpati secara perjuangan bangsa Indonesia. Itulah sepenggal kisah tentang Bung Kecil dengan keberanian hidupnya yang raksasa. Saat sehabis konsep naskah Proklamasi Ketuanan Indonesia tuntas disusun pada rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Kelasa no 1, Jakarta, Bung Hatta menyerukan semua nun hadir ketika rapat dini hari ini ikut menandatangani teks proklamasi yang hendak dibacakan pagi harinya. Kuat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Sawala sejarah ini tampaknya saat ini sedang menjadi pertemuan hangat dalam Indonesia. Di dalam hari itu juga Bung Karno & Bung Hatta kembali ke Jakarta. Di dini hari tanggal 16 Agustus 1945 Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih menuntun Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok (Kabupaten Karawang) tempat Cudan (Kompi) PETA dengan dikomandani Cudanco Subeno.
Nama: Dimas Cokro Pamungkas
Alamat: Dusun Kasemen No.50, RT.05/RW.03, Kasemensantren, Wangkalkepuh, Kec. Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61463
Phone: +6285800000809